Tetaplah Beriman

  1. Tetaplah Beriman - Ketika Yesus jamah dan tidak terjadi apa-apa
    “Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” (Markus 8:22-23)
    Saat Yesus pegang tangan orang buta tersebut, apakah orang tersebut sudah sembuh? Belum! Padahal waktu itu Yesus sudah menjamah orang buta tersebut. Karena itu percayalah pada Tuhan, dan jangan bersandar pada pengertian kita sendiri. Cara Tuhan bukan seperti yang kita harapkan.
    Bukankah iman itu justru dibutuhkan saat belum terjadi apa-apa? Saat kita diuji, justru jangan lepaskan iman kita. Pilihlah untuk percaya tanpa melihat! Iman tidak pernah salah, tapi ragu dan bimbang adalah salah. Tanpa iman, seseorang tidak bisa menyenangkan hati Tuhan.

  2. Tetaplah Beriman - Ketika kemajuan terjadi namun tidak seberapa
    “Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: “Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” (Markus 8:24)
    Orang buta tersebut awalnya sudah bisa melihat, tapi tidak dengan jelas. Jangan tergesa-gesa menyebut sesuatu mujizat, tapi rayakan setiap kemajuan. Berilah kemuliaan pada Tuhan. 5 Roti dan 2 ikan dimulai dengan ucapan syukur, lalu terjadi mujizat memberi makan 5.000 orang.

  3. Tetaplah Beriman - Setelah mujizat terjadi dan jangan kembali ke kehidupan lama
    “Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.” (Markus 8:25)
    Mengapa Yesus sampai harus meletakkan lagi tanganNya lalu orang itu sembuh total? Mungkin ini untuk mendorong dan menguatkan orang-orang seperti kita yang imannya kadang ragu serta tidak sempurna.

    “Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: “Jangan masuk ke kampung!” (Markus 8:26)
    Setelah kita menerima mujizat, jangan kembali ke kehidupan lama. Sama seperti 10 orang kusta yang disembuhkan, yang akhirnya 9 di antaranya kembali ke kehidupan lama. Kesembuhan tidak otomatis mendatangkan pertobatan. Karena itu arahkan mata bukan pada apa yang Yesus sanggup lakukan pada kita, tetapi kepada siapa pribadi Yesus.
    Kasihi Tuhan bukan karena Tuhan menyembuhkan kitga, dan jangan membenci Tuhan jika Tuhan belum menyembuhkan kita. Tetaplah berharap dan tidak kembali ke kehidupan lama dalam kegelapan dosa.

Excerpted from Ps. Philip Mantofa's Sermon, 23 Mei 2020, Youtube & Instagram Live
https://youtu.be/7ji5e6AcjxA