Hidup Tanpa Penyesalan

"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan aku melupakan apa yang telah di belakangku o  dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."
(Filipi 3:12-14) 

 

Yang dimaksud dengan hidup tanpa penyesalan adalah hidup tanpa perasaan bersalah yang berlebihan. Penyesalan adalah perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Tidak akan ada kebahagiaan jika kita terus dihantui oleh perasaan ini. Perasaan bersalah memang timbul karena kesalahan manusia sendiri. Jika hari ini anda masih menyimpan perasaan seperti ini, serahkan ke Yesus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk mengampuni dosa dan pelanggaran kita. Tidak peduli jika dosa kita merah seperti kain kirmizi, Tuhan Yesus akan mengubahnya menjadi putih seperti salju jika kita menghadap kepada-Nya dengan tulus hati. Dia juga yang akan membasuh dan menyucikan kembali hati kita dari perasaan tertuduh.  

Hidup tanpa perasaan tertuduh itu ternyata memungkinkan. Kita tidak perlu mengangkat beban ini kemana-mana. Salah satu berkat terbesar yang Allah berikan kepada manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus adalah pengampunan dosa. Tidak hanya itu, kita dapat memiliki masa depan yang penuh harapan karena tidak perlu hidup dalam penyesalan. 

Paulus mengajarkan prinsip kebenaran ini kepada kita. Paulus adalah seorang rasul yang sebelumnya merupakan seorang yang memiliki banyak dosa. Dia dahulu merupakan seorang pembunuh, pembenci Tuhan yang sangat giat, dan menganut hukum taurat tanpa cacat cela. Ada banyak hal yang patut menghantui Paulus, tetapi dia memegang sebuah prinsip kebenaran sejak dia berjumpa dengan Tuhan. 

  1. Terus Belajar & Berubah
    "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus." (Filipi 3:12)

    Paulus sebelumnya merupakan ahli Taurat yang perfeksionis, tetapi sejak berjumpa dengan Kristus dia dapat berlapang dada untuk menerima kelemahannya dan kasih karunia.  Perfeksionis bukanlah buah roh. Perfeksionis bisa menjadi berbahaya, karena pada saat sempurna, orang yang memiliki karakter perfeksionis bisa menjadi sombong, sedangkan pada saat tidak sempurna, dia bisa menjadi minder. Banyak orang tidak bisa menerima dirinya karena terlalu menuntut diri sendiri, padahal Tuhan tidak menuntut kita demikian. 

    Lawan kata perfeksionis bukanlah tidak sempurna, tetapi terus belajar dan berubah. Sekalipun lamban, Tuhan akan menunggu kita, bahkan menolong, dan membantu kita. Kalau kita jatuh, cepatlah bangkit. Yang penting adalah sikap untuk terus belajar dan berubah.

    Orang yang terus belajar dan berubah tidak hidup dalam alam 'seharusnya' hanya menyesali “aku seharusnya begini atau begitu…”, akan tetapi, dia memiliki hati yang mau diajar dan rendah hati untuk bersedia dikoreksi Roh Kudus dan orang lain. 

  2. Mengampuni & Melupakan
    “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.” (Filipi 3:13)

    Paulus bisa 'move on'. Namun, banyak orang kesulitan untuk mengampuni dan melupakan diri sendiri dan orang lain. Jika kita tidak bisa move on, kita akan terikat dengan masa lalu dan kemungkinan besar kita jatuh ke dalam lingkaran setan, yaitu hidup dalam trauma. Kita akan susah untuk melangkah dan maju. Oleh karena itu, penting untuk let go and let God.

    Jika kita pernah dirugikan di masa lalu, upayakan apa yang bisa kita dapatkan kembali atau diminimalkan. Tapi jika sudah berusaha tidak bisa apa-apa, maka move on! Anggaplah itu sebagai konsekuensi atau biaya pembelajaran. Berdiri dan larilah ke depan dan kejarlah apa yang di hadapan kita. Bersama Tuhan kita akan jadi baru.
     
  3. Fokus pada Kemenangan
    “dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:14).

    Moving on tidak hanya lari meninggalkan dosa atau kesalahan, tetapi lari kepada sebuah tujuan. Percayalah bahwa apapun kerugian, kesalahan, penyesalan kita di masa lalu, ingatlah bahwa Kristus adalah Sang Penebus. Jika kita lari ke arah Tuhan, Tuhan bisa kembalikan dengan cara-Nya. Larilah kepada Roh Kudus, karena Dia yang akan menolongmu.

    Berlarilah pada tujuan, fokuslah pada kemenangan, jangan hitung kerugian di belakang. Jangan ingat kesalahan orang lain, jangan tuntut diri sendiri sampai kiamat. Masa depan kita masih ada. Selama Tuhan masih mengizinkan kita hidup, kita masih memiliki pengharapan. Mungkin perlu waktu, mungkin ada konsekuensi yang perlu kita tanggung, tapi ingatlah bersama Tuhan kita sanggup melewati segala perkara. Dia yang akan menunjukkan kepada kita jalan kemenangan.

    Damai sejahtera bukan berarti segala sesuatu baik-baik saja, tapi segala sesuatu berada dalam kendali Tuhan yang baik. Lakukan bagian kita, serahkan hidup kepada Tuhan, dan masa depan kita akan penuh harapan. Tidak perlu ada penyesalan selama hati kita berserah, asal ada tanggung jawab, tidak ada tipu daya di dalam jiwa kita.

    Fokuslah pada perbuatan Tuhan ke depan. Arahkan seluruh mata rohani kita tertuju pada perbuatan Tuhan ke depan. Tuhan belum selesai dengan kita. Apapun yang terjadi, belajar untuk menyadari Tuhan menyertai kita. Hidup kita aman di tangan Tuhan. Percayalah mujizat itu ada. 

Disarikan dari Khotbah Ps. Philip Mantofa, 12 Agustus 2020, Youtube & Instagram Live
https://youtu.be/oiT9MT_1JmI

Jika tidak mau move on, kita akan terikat dengan masa lalu dan jatuh ke dalam lingkaran setan, yaitu hidup dalam trauma. Akibatnya, kita akan susah untuk melangkah dan maju. Oleh karena itu, penting untuk let go and let God.