ANANIAS DAN SAFIRA: MEMBANGUN KECOCOKAN/KEKOMPAKAN DALAM PERKARA YANG BENAR

Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
(Kisah Para Rasul 5:9)

Tuhan menaruh orang benar di sekeliling kita untuk memberikan pengaruh rohani bagi kita dan menahan kita dari perbuatan dosa. Ia mencintai integritas hidup orang benar, dan rindu melihat kita membangun persatuan dengan partner rohani dalam perkara yang benar. Mari kita belajar dari kisah Ananias dan Safira dalam Kisah Para Rasul 5:1-11 (TB): 
“Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.” 

Tuhan suka melihat hati yang tulus menginginkan persatuan di dalam Dia. Dalam kisah di atas, sepasang suami istri yang juga merupakan pelayan Tuhan, datang kepada para rasul untuk memberikan persembahan dari hasil penjualan tanah mereka. Melalui kisah Ananias dan Safira, kita dapat melihat suatu persatuan dan kekompakan dalam perencanaan. Namun sangat disayangkan mereka kompak dalam perkara yang jahat. Dosa yang mereka lakukan merupakan dosa yang direncanakan, di mana mereka memberikan persembahan berupa sebagian dari hasil penjualan tanah, namun mereka mengakuinya sebagai seluruh hasil penjualan. Motivasi hati pasangan ini tidaklah tulus dan menginginkan pengakuan dari manusia. Hal ini merupakan dusta, bukan kepada manusia namun kepada Allah yang kepada-Nya persembahan itu diberikan.  

Allah tidak terkagum-kagum pada pelayanan kita. Oleh sebab itu, ketika kita datang ke dalam hadirat Tuhan janganlah kita menjadikan pelayanan sebagai tujuan akhir kita. Targetkanlah pertumbuhan rohani, bukan pelayanan. 

Terlebih lagi, jadikanlah pertumbuhan rohani sebagai tujuan penting di dalam keluarga kita, dimulai dari suami dan istri. Allah ingin setiap pasangan suami istri dengan sengaja membangun hubungan rohani di dalam rumah tangga mereka. Pasangan suami istri harus menjadi partner rohani yang kompak lebih dahulu, maka kecocokan akan mudah terjadi. Kekang suci yang mencegah kita dari berbuat dosa terkadang diletakkan bukan hanya di dalam diri kita, namun juga dalam hubungan. Oleh karena itu, suami dan istri masing-masing harus memiliki hubungan pribadi dalam Kristus, agar dapat saling membangun dan menopang apabila salah satu jatuh.  

Melalui kisah Ananias dan Safira kita juga belajar bahwa kuasa dalam sebuah perencanaan sangatlah berdampak, entah itu mendatangkan berkat atau kutuk. Sayang sekali Ananias dan Safira merencanakan suatu hal yang jahat, sehingga bukan berkat namun kutuklah yang menimpa mereka. Ada beberapa langkah sederhana untuk memulai sebuah kuasa sebuah perencanaan yang mendatangkan berkat, antara lain: 
1. Berdoa bersama.
2. Membaca ayat-ayat rhema firman Tuhan.
3. Berdiskusi bersama.
4. Menutup dalam doa.

Kita dapat mengaplikasikan langkah sederhana di atas baik dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan dan komunitas. Kekompakan dan kecocokan akan terbangun. Kita harus dengan sengaja bergandeng tangan dengan partner rohani kita, mengundang Roh Tuhan untuk menguduskan dan meminta kuasa pada kita, dalam segala aspek hidup kita. Hal-hal ini sederhana, namun akan membawa suatu percepatan dalam kehidupan kita.

Disarikan dari Kotbah Philip Mantofa, 12 Januari 2020, Ibadah Umum, GMS Surabaya Barat
https://youtu.be/PGZZEgBEM5E
https://youtu.be/lu14AoeGmKc

Tuhan mencintai integritas hidup orang benar, dan rindu melihat kita membangun persatuan dengan partner rohani dalam perkara yang benar.