MISSION NIGHT: LIDIA, KORNELIUS DAN TIMOTIUS DI EFESUS (PERINTISAN CG, GEREJA SATELIT DAN GEREJA LOKAL)

“Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
(Kis. 16:9-10)

Kita beriman bahwa di tahun 2030 visi 300 gereja lokal akan tergenapi. Tiga ratus gereja lokal ini bukanlah suatu angka yang dibuat oleh manusia untuk suatu kebanggaan, namun inilah visi dan isi hati Allah bagi kita. Jiwa-jiwa adalah kerinduan hati-Nya! Mari kita mengenal hati Bapa dan memahami isi hati lewat firman-Nya.

Di suatu malam, Allah memberikan Paulus penglihatan di mana seorang Makedonia meminta pertolongan. Allah menunjukkan isi hati-Nya pada Paulus karena ia dengan sungguh-sungguh terus mencari apa yang menjadi kerinduan hati Tuhan bahkan hingga malam hari. Ia sungguh menyadari bahwa Injil itu bersifat darurat. Ya, jangan pernah bosan mendengar visi untuk jiwa-jiwa! Visi ini adalah tujuan yang tidak akan pernah tercabut dari hidup kita.  

Lalu bagaimana kita menanggapi visi 300 gereja lokal di tahun 2030 ini? Apa peran yang dapat kita ambil dalam perintisan CG, gereja satelit dan gereja lokal? Kita akan mempelajari teladan yang dapat kita ambil dari kisah Lidia, Kornelius dan Timotius, yaitu:

1. Melangkah dengan iman 
Sama halnya dengan kita, Paulus pun terbatas dan mungkin tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaksud Allah melalui penglihatan tersebut. Ia hanya mengambil beban yang Allah taruh dalam hatinya, dan dengan iman ia pergi memberitakan Injil di sana. Asal hati kita tulus, beranilah melangkah dalam iman. Keberhasilan kita selalu berawal dari langkah pertama kita, yaitu melangkah dalam ketaatan. Kita melangkah bukan dengan hati gegabah namun dengan keberanian karena firman Allah. 

2. Carilah koneksi Ilahi  
Sesampainya di Filipi, Paulus mencari tempat sembahyang Yahudi dan menemui para perempuan yang berada di sana, dan akhirnya bertemu dengan Lidia. Lidia akhirnya membuka rumahnya dan menjadi cikal bakal gereja di Filipi. Demikianlah kita mencari koneksi Ilahi. Dalam merintis gereja, selalu mulailah dari hal terkecil. Carilah sesama jemaat Gereja Mawar Sharon di kota tersebut. Dan jangan pilih-pilih siapa yang akan kita layani. Layani siapapun yang membutuhkan pelayanan kita, meski mungkin kelihatannya tidak sama dengan visi yang diberikan pada Allah pada awalnya. Setialah pada hal-hal kecil yang Tuhan percayakan pada kita dalam perjalanan kita menuju visi tersebut. Hal-hal itulah yang akan menuntun kita menggenapi visi Allah. Dan tidak perlu memusingkan apakah kita mampu atau tidak, layanilah siapapun yang ada di depan kita dengan segenap hati. 

3. Semua selalu dimulai dari hati yang haus dan lapar akan Tuhan 
Cikal bakal berdirinya sebuah gereja adalah adanya orang-orang yang haus dan lapar akan Tuhan. Dalam Kisah Para Rasul 10:24-48 diceritakan dengan indahnya bagaimana Petrus dan Kornelius dipertemukan oleh Roh Kudus. Dari pertemuan itu lahirlah sebuah persekutuan dan tiga karya Roh Kudus: 
    a. Peningkatan pekerjaan Roh Allah 
    b. Peningkatan sakramen gereja, seperti baptisan air, baptisan Roh Kudus dan lainnya 
    c. Peningkatan kerinduan untuk digembalakan 

4. Muridkan dan persiapkan gembala  
Paulus memuridkan Timotius dan mempersiapkannya menjadi gembala bagi gereja yang akan dirintis. Terlihat jelas bagaimana Paulus begitu sungguh-sungguh menjadi bapa dan memuridkan Timotius, khususnya dalam suratnya kepada Timotius di dalam 1 Timotius 4:11-16. Tuhan selalu mempersiapkan bapa rohani sebagai gembala dari suatu gereja lokal, Ia tidak akan membiarkan gereja lokal menjadi seperti anak yatim piatu. Mari kita terus berdoa agar gembala-gembala baru dipersiapkan dan dimunculkan bagi gereja yang akan dirintis.  

Melalui ketiga kisah tersebut kita dapat melihat bahwa Allah selalu memberikan penyediaan ketika Ia memberikan visi pada kita. Bagian kita adalah menanggapi visi Allah dengan keberanian dan iman yang teguh, melangkah sesuai dengan tuntunan Allah dan mengadopsi hati Bapa untuk jiwa-jiwa. Allah akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk menggenapi visi, dengan cara yang ajaib dan tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. 

Disarikan dari kotbah Philip Mantofa di Ibadah Mission Night 2030-300, 28 Februari 2020
https://youtu.be/a8DKX7rHi_Y
https://youtu.be/Tagi1e4SXVo

Tuhan selalu mempersiapkan bapa rohani sebagai gembala dari suatu gereja lokal, Ia tidak akan membiarkan gereja lokal menjadi seperti anak yatim piatu. Mari kita terus berdoa agar gembala-gembala baru dipersiapkan dan dimunculkan bagi gereja yang akan dirintis.