HIKMAT SABAT

“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.” (Yesaya 58:13-14) 

Makna Sabat bukanlah soal memelihara hari tertentu, melainkan menyisihkan waktu agar kita bisa fokus kepada Tuhan. Sabat adalah menunggu dan menanti-nantikan Tuhan. Ada dua konteks Sabat: 

1. Sela (Sabat dalam konteks mikro)
Sabat bukan berarti tidak melakukan apa-apa atau berhenti beraktivitas. Sabat itu Sela, yakni berhenti sejenak serta memilih-milih aktifitas yang berguna untuk mempersiapkan kita agar lebih segar ketika kembali sibuk dan bekerja.
2. Yobel (Sabat dalam konteks makro)
Sabat besar ialah Tahun Yobel, yang terjadi setiap 49 tahun sekali di mana tanah, hewan, buruh, pajak, dan segala sesuatu diistirahatkan agar dapat dinikmati. Justru di hari Sabat, lakukanlah apa yang di luar kebiasaan, yang sering terabaikan di tengah kesibukan. Sabat adalah kesempatan untuk bersenang-senang bersama keluarga. Nikmatilah selagi bisa! 

Ketika nabi Yesaya mengajarkan agar kita menghormati hari Sabat, semuanya itu semata-mata demi kebaikan kita. Ironisnya, baik Sela, Sabat maupun Yobel selalu dilanggar oleh manusia di segala zaman karena ketamakan dan keserakahan. Hati manusia senantiasa tergesa-gesa, entah demi apa. Itulah sebabnya, renungkanlah makna Sabat supaya kita tahu apa yang kita dikejar dalam susunan prioritas yang benar. 

Hikmat Sabat:
1. Ciptaan Allah dan kita hanyalah pengelola
Sabat bukan hanya ramah terhadap manusia, tetapi juga terhadap lingkungan dan alam semesta. Ingatlah bahwa tubuh kita pun adalah ciptaan Allah; dan sebagai pengelola raga ini, janganlah terus-menerus memaksakan diri sehingga jatuh sakit atau depresi. Jika sekali-kali sakit pun datang atau suatu interupsi lain terjadi, mungkin saja Tuhan sedang "memaksa" badan dan pikiran kita untuk beristirahat sejenak agar lebih panjang usia dan bahagia.
2. Kehendak Allah dan kita harus menemukannya
Rancangan terbaik dari Tuhan terkadang baru dapat kita temukan setelah kita belajar untuk sabar menanti. Sabat bisa terjadi secara sukarela atau secara “terpaksa”. Yang penting di sini adalah kita akhirnya mengerti mengapa Tuhan ijinkan itu terjadi. Di tengah dunia yang selalu bising dan segalanya bergulir begitu cepat, Tuhan menetapkan Sabat agar manusia berhenti dari waktu ke waktu untuk menemukan kehendak Tuhan dulu. 
Ada dua aktifitas Sabat: 

Sabat adalah hari Tuhan. Pakailah waktu untuk lebih lama dan lebih sering bersekutu dengan Tuhan dan Firman-Nya. Rasa syukur pasti bertambah di hati orang yang suka menyembah. Tidak heran, setelah Sabat kita akan menghargai perkara-perkara terkecil sekalipun. Sabat memang meningkatkan kenikmatan hidup di dalam Tuhan! 

Sabat adalah hari keluarga. Pakailah waktu untuk membantu istri, menemani anak bermain, bahkan menolong sesama yang membutuhkan. Fokuslah kepada orang lain, dan jangan sibuk sendiri; fokuslah kepada manusia, dan bukan pada urusan dan benda. Sabat memang meningkatkan kenikmatan hubungan!

3. Sabat adalah musim yang tersubur untuk menabur
Berbahagialah mereka yang berinvestasi di dalam hubungan. Justru di saat-saat genting di dunia ini, manusia akan menyadari bahwa uang tidak bisa membeli segalanya. Ada mata uang yang lebih tinggi dari uang duniawi, yakni relasi dan koneksi. Saling membantulah dan berbagilah berkat, sebab masa yang susah di dunia adalah musim yang tersubur untuk menabur kebaikan bagi sesama. 

Lalu apakah yang Tuhan sediakan setelah Sabat? Ada tuaian setelah Sabat. Ada berkat tertentu yang tidak bisa kita usahakan. “Milik Pusaka” atau “Warisan”, contohnya, bukanlah sesuatu yang bisa diusahakan atau diperjualbelikan. Tuhan telah menyimpan berkat tertentu, yang dikhususkan hanya bagi mereka yang sudah menabur pada sesamanya di masa-masa susah. Kembangkanlah kapasitas diri, perkuatlah relasi dengan Allah dan sesama. Gunakanlah saat-saat Sabat untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya, agar ketika promosi terjadi di kemudian hari, tidak akan ada penyesalan di hati selain sorak sorai kemenangan! 

Sabat adalah kesempatan emas untuk menabur. Kuduskanlah Sabat untuk membangun keintiman dengan Tuhan dan berbagi berkat pada sesama. Percayalah bahwa Allah Tuaian itu sudah menunggu, selekas Sabat ini berlalu! 

 

Disarikan dari khotbah Ps. Philip Mantofa
https://youtu.be/-uz9bjjtxZ8