TUHAN GEMBALAKU YANG BAIK

Pada umumnya, sekalipun peduli akan domba, gembala tetap mengambil keuntungan dari dombanya. Namun Gembala Agung kita justru disiksa dan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita domba-domba-Nya. Tuhan bukan hanya Gembala yang Baik, tapi juga luar biasa. Sungguh, tidak ada yang bisa menyamai Dia. Perhatikanlah apa yang Mazmur 23 tuliskan mengenai Tuhan Gembala kita yang Baik. 

“Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mazmur 23:1). Kenali sungguh-sungguh siapa Tuhan di hidup kita. Hari-hari ini janganlah fokus pada apa yang Tuhan bisa lakukan untuk kita. Fokuslah pada siapa diri Tuhan pada kehidupan kita. Kita boleh beriman atau meminta, namun di atas segala itu kenali pribadi-Nya, bukan hanya pekerjaan-Nya. 

Sebagai gembala, Tuhan yang menyediakan bagi kita. Ketika kita kenal karakter Tuhan, kita menaruh pondasi iman yang kokoh. Jika iman kita teguh pada-Nya, kita tidak akan goyah. Orang yang menjadikan Tuhan sebagai Gembalanya tidak akan kekurangan karena: 
1. Jika ada sesuatu apapun yang hilang, asal bukan karena dosa, pasti ada nilai kekalnya. 
Orang yang aman dengan Tuhan tidak akan tergeletak. Mungkin harta dapat diambil, tetapi rasa syukur muncul di hati.
2. Jika ada sesuatu yang hilang karena dosa, asal bertobat, pasti ada penggantinya. 
Tuhan kita maha sabar. Kebenaran ini bukan untuk mencobai Tuhan, tapi untuk kita bersyukur bahwa Dia pemurah dan mau memberi kita kesempatan lagi. Asalkan kita bertobat serta mau dibentuk oleh-Nya, akan ada pengganti kerugian kita. Sesali dosa dan masa lalu kita, tapi jangan sesali masa depan dan kehidupan kita. Tuhan belum selesai dengan hidup kita. 

“Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (Mazmur 23:2). Sama seperti domba yang berbaring dahulu dan bukan langsung makan di padang yang berumput hijau, pastikan hati kita berbaring dan berserah kepada Tuhan setiap pagi sebelum sarapan. Hubungan kita dengan Tuhan harus dimulai di pagi hari saat rumput hijau masih segar. Tuhan mati bukan hanya untuk menebus dosa kita supaya kita masuk sorga; Dia mati karena ingin memulihkan hubungan agar kita menyapa-Nya di pagi dan malam hari. Sama seperti kita tidak bisa sekaligus minum berliter air untuk mencukupi kebutuhan minum kita dalam sehari, membimbing ke air yang tenang bersifat jangka pendek dan sedikit demi sedikit. Mengikuti Yesus itu dalam jarak dekat dan sepanjang hari. 

“Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya,” (Mazmur 23:3). Jika kita sering minum firman, maka jiwa kita akan segar dan kehendak kita hanya ingin melakukan kehendak-Nya. Jika kita mau melakukan kehendak Tuhan dan membangun kedekatan dengan Tuhan, maka segarlah jiwa kita. Pikiran kita akan jernih, ide-ide brilian serta solusi-solusi yang tidak terduga timbul. Sedangkan “menuntun di jalan yang benar” berarti jarak jauh dan jangka panjang. Kita mungkin tidak bisa melihat keseluruhan rencana Allah, tetapi kita bisa taat saja saat dituntun dan mengejar Tuhan dalam jarak dekat.  

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku,” (Mazmur 23:4). Saat kita berjalan dalam hidup ini, apabila kita gagal dan membuat kesalahan, Tuhan memberi ruang untuk kesalahan kita. Tuhan mendisiplin dan mengkoreksi kita melalui tongkat, namun Dia juga membela kita dengan gada. Sekalipun jatuh kita tidak akan tergeletak sebab ikut Tuhan tidak harus selalu mulus. Cukup berusaha, bersedia, dan terbuka maka Tuhan akan mengajari kita. 

“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah," (Mazmur 23:5). Hidup di dalam Tuhan itu spesifik dan Dia begitu peduli dengan kita hingga Dia juga melihat bagaimana cara kita mengkonsumsi firman. Seperti pada waktu Musa memimpin bangsa Israel, Tuhan memberikan instruksi spesifik tentang makanan mereka. Inilah cara makan di rumah pada masa-masa seperti ini:
1. Menghabiskan seekor anak domba: makanlah jangan terburu-buru, nikmatilah bersama dengan keluarga. 
2. Jangan makan roti beragi: fokuslah pada roti, bukan pada ragi. Tuhan mau kita bicara tentang masa depan yang penuh harapan, bukan kondisi negatif saat ini yang melemahkan iman. Fokus pada hal-hal yang membangun dan positif. Bicarakan tentang Tuhan yang menghidangkan makanan, bukan lawan kita. 

“Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa,” (Mazmur 23:6). Inilah janji Tuhan jika kita sesuai firman-Nya: Tuhan senantiasa diam di rumah kita. Hari-hari ini kita sering melupakan kebaikan Tuhan. Kita lebih melihat masalah kehidupan dan realita di sekitar kita. Mari bangun hubungan yang intim dengan Tuhan, Gembala kita yang baik. 

Disarikan dari khotbah Ps. Philip Mantofa 
https://youtu.be/7k4jqXPScgQ