“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur”
(Kidung Agung 1:2)
Jika salah satu pertanyaan yang paling umum di antara kawula muda adalah “Siapakah pasangan hidupku?” maka, bagi pasangan yang sudah menikah, pertanyaan berikut ini lebih relevan: “Bagaimanakah caranya menjalin cinta yang abadi?” Memang betul romance membuat pernikahan indah, tetapi dibutuhkan lebih dari itu untuk mempertahankan kebahagiaan sebuah pernikahan untuk waktu yang lama!
Dengan segala hikmat yang Tuhan berikan kepadanya, Salomo menuliskan sebuah buku harian tentang cinta yang abadi di dalam kitab Kidung Agung. Tidaklah kebetulan jika kitab Kidung Agung dibuka dengan sebuah “wedding kiss” (lihat ayat di atas) di hari pernikahan Raja Salomo dengan cinta sejatinya—melambangkan sakralnya hubungan suami-isteri yang sah di hadapan Tuhan.
Apakah sebagian dari rahasia hubungan cinta yang langgeng sampai tua? Yang pasti, harus ada komitmen untuk membahagiakan pasangan kita! Beginilah caranya:
1. Kenalilah rasa tidak-aman di dalam diri pasangan kita!
Kidung Agung 1:6 mencatat bagaimana pasangan Salomo melihat kekurangannya sendiri:
“Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga.”
Perhatikanlah bagaimana Salomo menerima dia apa adanya, bahkan mengakui kelebihannya di Kidung Agung 1: 9-10:
“Dengan kuda betina dari pada kereta-kereta Firaun kuumpamakan engkau, manisku. Moleklah pipimu di tengah perhiasan-perhiasan dan lehermu di tengah kalung-kalung.”
Salomo jatuh cinta kepada seorang gadis Sunem—gadis pekerja yang bukan dari golongan atas. Dan Salomo sangat peka dengan rasa tidak-aman yang dimiliki isterinya, khususnya yang berhubungan dengan penampilan dan gambar dirinya. Itulah sebabnya Salomo sama sekali tidak pernah menyinggung apalagi menyindir warna kulitnya yang hitam; sebaliknya, ia memuji kecantikan dan kelebihan lain yang dimiliki kekasihnya! Jadilah seperti Salomo dalam hal ini.
2. Yakinkanlah pasangan kita bahwa dialah satu-satunya!
“Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengahtengah bunga bakung.” (Kidung Agung 2:16)
Tugas kita sangatlah sederhana: setia kepada satu sampai mati! Keyakinan harus lalui dari bukti, bukan dari kata-kata maupun janji belaka. Namun demikian, jangan lupa mengatakan bahwa dia yang ter-istimewa dan hanya dialah satu-satunya! Ingat, tidak ada pernikahan yang bahagia jika ada “orang ketiga.”
3. Taburlah pujian dengan kasih!
“—Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. –Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita.” (Kidung Agung 1:15-16)
Ayat-ayat di atas menunjukkan bagaimana sang suami menabur pujian, dan kemudian ia pun menuai pujian dari sang isteri. Janganlah kita menjadi pasangan yang kaku maupun selalu menuntut. Jika kita ingin cinta kita abadi, taburlah dahulu pujian dengan kasih. Maka kita pun akan menuai kebahagiaan pada akhirnya.
Suami Irene,
Philip Mantofa