“Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.”
(Mazmur 84:8)
Firman Tuhan di atas berlaku untuk setiap orang percaya, bahwa kita akan dibawa semakin lama semakin kuat dalam hidup kekristenan kita. Namun mengapa kebanyakan dari kita justru mengalami sebaliknya? Kebanyakan dari kita mengalami kerohanian yang “tidur”, meski secara rutinitas pelayanan terus berjalan. Akibatnya, kita tidak mengalami kehidupan dari Allah dan tidak ada kemenangan-kemenangan baru. Tidak ada lagi kemuliaan Tuhan yang dinyatakan. Kita mengalami Ikabod, yang artinya kemuliaan Allah meninggalkan Bait SuciNya (I Sam 4:21).
Apa kuncinya agar janji Tuhan yang mengatakan kita semakin lama semakin kuat berjalan dalam hidup kekristenan kita tergenapi? Mendengar suara Tuhan! Mendengar suara Tuhan adalah kunci Spiritual Awakening, yaitu kebangkitan rohani seseorang secara pribadi yang akan menghasilkan kebangunan rohani orang tersebut dalam pelayanannya, pekerjaannya, komunitasnya, bahkan kota dan bangsanya.
Tuhan Yesus berbicara pada murid-muridNya tanpa perumpamaan agar murid-muridNya paham dan memutarbalikkan dunia. Tuhan ingin setiap kita memutar balikkan dunia, seperti seorang nelayan yang bernama Petrus lakukan. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata dunia yang lebih mempengaruhi kita. Mengapa demikian? Karena kita mengalami Spiritual Deaf , yaitu tuli rohani, yang akan menyebabkan Spiritual Death, kematian rohani. Saat telinga kita mulai tumpul, tidak mendengar ataupun mencari suara Tuhan lagi, atau bahkan kita lebih mementingkan suara kita sendiri, kita dapat mengalami kematian rohani.
Bagaimana kita dapat mendengar suara Tuhan? Firman Tuhan di Yesaya 50:4 mengatakan ”Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid , supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Ada dua kebenaran tentang mendengar suara Tuhan yang harus kita ketahui:
- Mendengar suara Tuhan berhubungan erat dengan penggunaan lidah.
Kalau kita benar-benar ingin mendengar suara Tuhan, maka lidah kita harus mendekati Tuhan. Lidah kita dapat menarik kita kepada Tuhan. Waktu lidah roh kita terbuka maka telinga roh kita akan terbuka. Dan pastikan kita sungguh-sungguh mengatakannya dan tidak berpura-pura di hadapan Tuhan. Apa yang lahir dari mendengar suara Tuhan akan disertai oleh Tuhan, sedangkan apa yang lahir dari suara kita sendiri tidak akan disertai. - Orang yang mendengarkan suara Tuhan, lidahnya akan dikontrol Tuhan.
Lidah kita akan dipakai sebagai alat yang tajam bagi Kerajaan Allah, karena di atas segalanya Allah meletakkan kuasaNya pada perkataan dan FirmanNya. Jika Firman Tuhan dibagikan oleh orang yang sungguh-sungguh mendengar suara Tuhan maka orang lain yang menolaknya sama seperti menolak Tuhan yang berbicara melalui orang tersebut. Firman Tuhan harus dibagikan dari sebuah kehidupan pelaku Firman dari lidah seorang murid yang memiliki ketulusan terhadap Firman yang dibagikan sehingga menjamah hidup orang yang mendengarnya.
Setiap dari kita dapat mendengarkan suara Tuhan tanpa terkecuali karena Tuhan kita tidak memandang muka. Keputusan hati kitalah yang menentukan kita dapat mendengar suara Tuhan atau tidak. Menjadi peka terhadap suara Tuhan adalah panggilan orang-orang percaya. Hari ini apakah hidup kita dipimpin oleh suaraNya? Ataukah kita sudah menjadi terlalu ”biasa” dengan Tuhan? Jika kita sudah mulai bosan dengan hidup kekristenan kita, satu hal yang harus kita lakukan adalah mengembalikan hati kita pada kasih mula-mula dan belajar untuk mendengar suaraNya. Waktu kita mendengar suara Tuhan, kita tidak akan pernah menyesal. Kita akan dibawa kepada kebesaran Tuhan dan ada kuasa dalam kehidupan dan pelayanan kita. Kuncinya sederhana, hanya dengan mendengar suara Tuhan dan menjaga lidah kita. Tuhan Yesus memberkati.
by Philip Mantofa
Setiap dari kita dapat mendengarkan suara Tuhan tanpa terkecuali karena Tuhan kita tidak memandang muka.