“Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.” (Wahyu 1:1)
Kitab Wahyu sangat indah karena berpusat pada Yesus Kristus, bukan Antikristus. Jadi, kitab ini bukan hanya wahyu tentang masa depan tetapi juga wahyu untuk masa kini, agar kita hidup maksimal setiap hari!
Yesus bukan hanya tahu masa lalu kita, Dia juga pegang masa depan kita. Dialah yang memberikan pewahyuan kepada Rasul Yohanes tentang apa yang harus dan akan terjadi pada dunia. Yesus tidak harus mewahyukan semua yang akan terjadi di depan kita, sebab belum tentu kita siap untuk memerimanya. Yang pasti, Tuhan Yesus akan mewahyukan kepada kita sesuai dengan takaran iman kita.
Agar kasih karunia bertambah, Yesus harus menjadi pusat dari kehidupan, keluarga, dan gereja kita. Bahkan, pekerjaan, pelayanan dan perencanaan kita juga harus berpusat pada Kristus, sebab Yesus Kristus-lah segala-galanya.
Damai sejahtera yang tidak diawali dengan kasih karunia adalah damai yang semu. Contohnya, uang bisa memberi rasa damai yang palsu. Damai yang sejati hanya terjadi jika Allah diijinkan bekerja leluasa di dalam diri kita. Inilah kasih karunia: Allah bekerja di dalam kita!
Wahyu adalah surat pewahyuan untuk 7 gereja. Mengapa hanya 7 gereja yang sah di mata Allah, padahal masih ada banyak gereja lainnya di Asia Kecil? Di setiap gereja ada Roh Kudus, namun tidak semua gereja mengijinkan Roh Kudus leluasa bekerja. Juga, tidak semua gereja murni memberitakan Injil demi Kristus. Bahkan tidak sedikit gereja yang dibuka karena motivasi duniawi dan bukan karena kasih. Gereja yang mengawali dengan roh pun bisa mengakhiri dengan daging. Itulah sebabnya berdoalah dan waspadalah agar gereja kita tetap murni dan berkenan di hati Tuhan sampai hari kedatangan-Nya.
Bagaimana cara untuk hidup maksimal?
1. Menjadi Imamat yang Rajani
Setiap umat Tuhan harus menjadi imam-imam dalam Kerajaan Allah. Imam bukan pendeta tetapi saksi Kristus di manapun kita ditempatkan, untui mempersembahkan korban yang hidup dan berkenan. Setiap kita dipanggil untuk menjaga nama baik Tuhan dan Kerajaan-Nya di masyarakat. Biarlah nama kita selalu harum di hadapan manusia karena hidup kita memuliakan Allah. Dan biarlah Tuhan tidak malu disebut sebagai Allah kita.
Imam berperan untuk mempersembahkan korban. Setiap kita bisa mempersembahkan sesuatu bagi Tuhan. Tidak ada seorangpun di antara jemaat-Nya yang tidak berguna dalam Kerajaan-Nya! Yang penting kita harus jadi bagian dari solusi di dunia, bukan problemanya.
Menjadi imam tidak sinonim dengan banyaknya pelayanan di gereja. Kerohanian kita bahkan tidak bergantung dengan seberapa banyak kita berdoa, tetapi dimulai dari sebuah keputusan bulat yang sederhana untuk mencari Tuhan dan kebenaran-Nya di dalam segala perkara.
2. Beriman dengan mata yang tertuju pada kedatangan Tuhan Yesus.
3. Iman memang timbul pendengaran, tetapi iman kita juga punya mata. Setiap hari mata rohani kita harus tertuju pada hari kedatangan Yesus yang kedua kali. Hiduplah sedemikian rupa, seolah-olah hari ini Tuhan akan datang kembali.
4. Jadikanlah Yesus yang Awal dan yang Terakhir dalam setiap keputusan, serta pusatkan seluruh kehidupan kita pada-Nya.
5. Tidak mengasihani diri. Seperti rasul Yohanes, orang Kristen yang sejati tidak akan berlebihan dalam menceritakan "penderitaan pribadinya" sebab hatinya tidak dibiasakan untuk mengasihani diri sendiri. Yang hidup dalam kasih tidak akan nyaman dikasihani.
Disarikan dari kotbah Philip Mantofa
https://youtu.be/8tiZPlaGybE
https://youtu.be/dgv3T-YSwgo
Yesus bukan hanya tahu masa lalu kita, Dia juga pegang masa depan kita.