Overview

Pastor Philip Mantofa dilahirkan di Surabaya pada tanggal 27 September, 1974. Dari kota kelahirannya, ia menempuh sekolah di Taipei, Singapore, dan akhirnya bertobat saat SMA di Vancouver, Canada.

Dua tahun setelah lulus sarjana sekolah Alkitab, saat kerusuhan terjadi di Indonesia pada bulan Mei 1998, ia memutuskan untuk pulang ke tanah airnya demi memberitakan Injil. GMS yang dipimpinnya telah berkembang menjadi salah satu gereja yang paling pesat pertumbuhannya dengan sekitar 100.000 anggota jemaat yang tersebar di berbagai lokasi di dalam dan luar negeri. Hari ini, gereja-gereja lokal yang kuat telah didirikan di seluruh Asia, Australia, Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini, ia menjabat sebagai gembala senior organisasi dan jaringan gereja ini. Visinya adalah untuk mendirikan 1.000 gereja lokal yang kuat dengan 1 juta murid Kristus. Kerinduan hatinya yang menyala adalah untuk melihat bangsa-bangsa mengalami kasih Yesus Kristus.

Selain gairahnya untuk kebangunan rohani, ia mulai melukis secara profesional di tahun 2014. Sejak saat itu, ratusan mimpi dan penglihatannya telah digambarkan oleh jari-jarinya sendiri di atas kanvas, dan telah menjamah, mengubahkan, dan mengurapi kehidupan banyak orang. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ia akan menjadi seorang seniman, hingga di usia 40 ketika ia menyadari bahwa lukisan adalah sarana yang luar biasa untuk memelihara penglihatan profetiknya yang mengandung pesan yang berkuasa untuk mengubah kehidupan. Tanpa ragu, ia membagikan pewahyuan rohani dan ilustrasinya dengan tujuan untuk menuntun dan membawa orang-orang mendekat kepada harapan dan kuasa penebusan Kristus. Ia juga adalah penulis buku "Before 30," “Warrior for Revival,” "Holy Spirit My Best Friend," serta banyak buku best-seller lainnya.

Pastor Philip memiliki pernikahan yang bahagia dengan Irene Saphira dan mereka dikaruniai tiga anak: Vanessa, Jeremy, dan Warren.

My Spiritual Journey

Saya sudah bersiap-siap untuk bergegas meninggalkan ruang ibadah sebuah gereja di Vancouver, Canada, ketika tantangan untuk menerima Yesus diberikan. Di luar dugaan, sebelum saya berhasil memegang gagang pintu gereja tersebut, sebuah suara audible memanggil dengan keras, “Philip, jika hari ini kamu tidak diselamatkan, selamanya kamu tidak akan selamat!” Terkejut, saya langsung berlari ke depan dan mengangkat kedua tangan saya ke atas, serta menangis seperti anak kecil. Tidak salah lagi, itu adalah suara Tuhan! Sejak altar call itulah perjalanan rohani saya dimulai di usia 18 tahun, dari tahun 1992 hingga sekarang.

Latar Belakang Saya

Sekalipun dilahirkan sebagai anak yang sehat dan normal, sebuah peristiwa di masa kecil saya membuat saya bertumbuh sebagai anak yang lemah secara fisik dan ingatan—saya terjatuh dari ranjang ketika baru berumur 2 bulan. Sejak itu saya sering kejang dan kekuatan kaki saya begitu kecil hingga saya harus mengenakan penyangga kaki dan sepatu besi seperti yang dikenakan oleh anak yang cacat karena polio. Keadaan otak saya juga tidak lebih baik karena saya mengalami kesukaran untuk mengingat hal-hal yang mudah seperti kelas maupun ejaan nama saya sendiri.

Semua keadaan itu berubah seketika ketika kuasa Roh Kudus menjamah saya di tengah jalan saat berjalan menuju ke sekolah saya di Taipe, Taiwan. Mendengarkan doa mama saya di Indonesia, Tuhan sembuhkan saya secara ajaib. Setelah sembuh, bukannya menjadi orang yang baik, malahan terlibat dalam berbagai kenakalan remaja dan perkelahian yang hampir merenggut nyawa saya dan orang lain hingga di tahun 1992 Tuhan menyelamatkan saya di Vancouver, Canada.

Ministri Saya

Tuhan mempercayakan kepada saya hati seorang gembala dan urapan seorang penginjil untuk memenangkan generasi saya. Dari situlah “Army of God” dilahirkan—sebuah kegerakan yang besar dan api kebangunan rohani generasi muda dari kota Surabaya. Sebuah penglihatan yang mengenaskan tentang neraka harus saya alami di tahun 2000, dan kesaksian itu telah menyebabkan gelombang pertobatan di mana-mana melalui KKR yang bertajuk “A Trip to Hell”.

Dari hujan keselamatan, Tuhan tuntun saya ke dalam sungai kesembuhan melalui pelayanan “Festival Kuasa Allah” untuk membuktikan bahwa mujizat masih ada. Api Roh Kudus yang berkobar sejak tahun 2000 itu tidak pernah padam hingga sekarang, bahkan kini telah menyebar dari Asia ke seluruh dunia. Seperti sapu tangan Paulus dalam pelayanannya, pelayanan media kami terus menjangkau setiap orang di Indonesia dan seluruh dunia dengan Injil damai sejahtera!

Visi & Misi Saya

Jika anda bertanya kepada saya mengapa saya giat bekerja di ladang Tuhan, jawabannya sangatlah sederhana: karena mata saya tertuju kepada visi yang dari sorga! Lewat perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus di tahun 2003, saya menerima beban agar Sinode GMS mendirikan 1.000 gereja lokal yang kuat dengan 1.000.000 murid Kristus! Itulah misi hidup saya.